SUPERKONDUKTOR
Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan
dibawah suatu nilai suhu tertentu. Suatu superkonduktor dapat saja berupa suatu
konduktor, semikonduktor ataupun suatu insulator pada keadaan ruang. Suhu
dimana terjadi perubahan sifat konduktivitas menjadi superkonduktor disebut
dengan temperatur kritis (Tc).
Suhu Kritis / Critical Temperature (Tc)
Suhu Kritis
ini dapat dianalogikan misalnya
perubahan fase air dari keadaan cair ke keadaan padat karena sama – sama
mempunyai temperature transisi. Temperatur ini berbeda-beda untuk setiap
material. Material pertama yang ditemukan efek superkonduktivitasnya, yaitu
Merkuri yang mempunyai critical temperature serendah 40K (-2690C).
Pada kondisi “Dibawah
temperature kritisnya Tc, elektron – elektron konduksi pembawa muatan
akan mencapai suatu tingkatan keadaan baru dan membentuk pasangan elektron yang
disebut Cooper Pairs.” ( Bardeen, Cooper, dan Schieffer , University of
Illionis ). Pasangan-pasangan
elektron ini bergerak dengan momentum yang sama tanpa mengalami sembarang
proses yang dapat menyebabkan kehilangan energi. Dimana Pergerakan dari
electron electron dalam bahan
superkonduktor diibarat
sepasukan tentara yang berbaris rapi dan berjalan dengan kecepatan yang sama dan tidak terjadi pelanggaran
diantara mereka. Hal ini yang menyebabkan elektron dapat
bergerak tanpa resistan.
Pada konduktor biasa, elektron bergerak sendiri-sendiri dan akan
kehilangan sebagian energinya jika ia terhambur oleh kotoran (impurities) atau
oleh phonon, phonon adalah kuantum energi getaran kerangka (lattice)
kristal bahan. Elektron tersebut akan menimbulkan distorsi terhadap kerangka
kristal sehingga menimbulkan daerah tarikan. Tarikan ini dalam superkonduktor
pada suhu rendah bisa mengalahkan tolakan Coulomb antar elektron, sehingga
dengan ukar menukar phonon dua elektron justru akan membentuk ikatan menjadi
pasangan Cooper. Oleh karena keadaan kuantum mereka semuanya sama, suatu
elektron tidak dapat terhambur tanpa mengganggu pasangannya, padahal pada suhu
T < Tc getaran kerangka tidak memiliki cukup energi untuk mematahkan ikatan
pasangan tersebut. Akibatnya mereka tahan terhadap hamburan, jadilah bahan
tersebut superkonduktor.
Medan Magnet Kritis.
Medan magnetik yang cukup kuat dapat melenyapkan superkonduktivitas pada
suatu material superkonduktor, dimana harga kritis dari medan magnetik untuk menghilang-kan superkonduktivitas
disebut MEDAN KRITIS (Hc).
Arus yang melalui bahan akan membangkitkan medan
magnet H, pada harga medan magnet tertentu Hc, bahan akan
kehilangan sifat superkonduktivitasnya. Setalah melebihi Hc maka energi
akan interaksi antara elektron superkonduktif dengan medan magnet yang cukup
besar untuk dapat memecahkan ikatan yang terjadi pada pasangan elektron coopers
pairs. Nilai Hc tergantung pada temperature bahan dan membentuk suatu hubungan
saling ketergantungan yang berbentuk fungsi parabolik dengan Tc,
Kehadiran medan magnetik
mempengaruhi tingginya temperatur kritis
Tinggi rendahnya suhu transisi Tc
dipengaruhi banyak faktor. Seperti tekanan yang dapat menurunkan titik beku air,
suhu kritik superkonduktor juga bisa turun dengan hadirnya medan magnet yang
cukup kuat.
Arus Kritis (Ic)
Medan kritik (Hc) tidak harus berasal dari luar, tapi
juga bisa ditimbulkan oleh medan
internal, yaitu jika ia diberi aliran arus listrik.
Untuk superkonduktor berbentuk kawat
beradius r, arus kritiknya dinyatakan oleh aturan Silsbee
:
Ic = 2 p . r . Hc
Jadi pada suhu tertentu ( T < Tc ) , bahan
superkonduktor memiliki ketahanan
yang terbatas terhadap medan magnet dari luar dan
arus listrik yang bisa diangkutnya.
Kalau harga-harga kritik ini dilampaui, sifat
superkonduktor bahan akan lenyap dengan
sendirinya. Ambil contoh untuk kawat Pb beradius 1 mm
pada suhu 4 K, agar ia tetap
bersifat superkonduktor ia tidak boleh menerima medan
magnet lebih besar dari 48000
A/m atau mengangkut arus listrik lebih dari 300 A.
Pada ukuran dan suhu yang sama
Nb3Sn mampu mengangkut 12500 A, oleh sebab itulah
secara teknis superkonduktor tipe
II lebih baik pakai. Sebagai perbandingan YBCO pada suhu
77 K dapat mengangkut arus sebesar 530A, cukup lumayan! Naiknya suhu operasi
mempunyai nilai ekonomis, karena biaya pendinginan menjadi lebih murah
dibandingkan helium cair (untuk menjaga suhu 4 K). Satu liter He harganya US$ 4
(Rp.7000) sedangkan satu liter N2 cuma 25 cent (Rp.450), padahal dalam
prakteknya penguapan 1 liter N2 setara dengan penguapan 25 liter He.
Tipe-Tipe Superkundoktor
1. Superkonduktor Tipe I
Keluarga superkonduktor
yang terdiri dari unsur-unsur tunggal yang dipelopori
oleh temuan Onnes, disebut
superkonduktor tipe I atau superkonduktor konvensional, ada kira-kira 27 jenis
dari tipe ini. Suatu hal yang menarik, bahwa unsur-unsur yang pada suhu kamar
merupakan konduktor banyak diantara mereka yang tidak memiliki sifat superkonduktor
pada suhu rendah, contohnya tembaga, perak dan golongan alkali.
2. Superkundoktor
Tipe II
Pada tahun 1960-an
lahirlah keluarga superkonduktor tipe II, yang biasanya berupa kombinasi unsur
molybdenum (Mo), niobium (Nb), timah (Sn), vanadium (V), germanium (Ge), indium
(In) atau galium (Ga). Sebagian merupakan senyawa, sebagian lagi merupakan
larutan padatan. Sifatnya agak agak berbeda dengan tipe I karena suhu kritiknya
relatif lebih tinggi, sehingga tipe II ini sering disebut superkonduktor yang
alot. Semua alat yang telah menerapkan superkonduktor dewasa ini menggunakan
bahan tipe II ini, alasannya akan menjadi jelas kemudian.
3. Superkonduktor Bahan Keramik
Pada tahun 1985 di
laboratorium riset IBM di Zurich, A.Muller dan G.Bednorz
memulai era baru bagi ilmu
bahan superkonduktor. Mereka menemukan bahwa senyawa keramik tembaga oksida
dapat memiliki sifat superkonduktor pada suhu yang relatif tinggi, rekor suhu
kritik yang saat ini sudah mencapai 125 K juga dipegang oleh golongan ini.
Perkembangan selanjutnya tampak agak seret, para ahli sendiri masih meributkan
ada tidaknya batas suhu kritik yang mungkin dicapai. Ahli riset di Institut
Teknologi California meramalkan bahwa suhu kritik superkonduktivitas tidak akan
pernah melampaui 250 K, jadi masih cukup jauh di bawah suhu kamar. Apakah benar
demikian, kita tunggu saja hasil-hasil penelitian berikutnya.
Aplikasi Bahan Superkonduktor
Medical Application
NMR – Nuclear Magnetic Resonance – Scanning
Brain wave activity – brain tumour, defective
cells
Separate damaged cells and healthy cells
Superconducting solenoids – magneto hydrodynamic
power generation – plasma maintenance
Engineering
Transmission of power
Switching devices
Sensitive electrical instruments
Memory (or) storage element in computers.
Manufacture
of electrical generators and transformers
Kereta Magnet (Maglev, Magnetic Levitation
Train)
Aplikasi Pada MRI
Aplikasi Pada Sistem Transportasi
referensi atau daftar pustaka serta versi lengkapnya terdapat pada makalah asli.
0 comments:
Post a Comment