Guru
Pendidikan
Saya ingin membagi dua masa pendidikan yang pernah dilalui atau akan dilalui. Masa yang pertama adalah masa sekolah, masa ini kita menghabiskan waktu 12 tahun (6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, dan 3 tahun sekolah menengah ke atas) tentu bagi yang selalu naik kelas. Masa yang kedua adalah masa kuliah, ketika kita menghabiskan waktu untuk kuliah baik itu untuk tingkatan diploma, sarjana, ataupun pasca sarjana. Bagi orang yang beruntung, bisa melewati kedua masa itu, masa sekolah dan masa kuliah. Bagi sebagian orang, hanya bisa melewati satu masa saja, yaitu masa sekolah, dan bagi sebagiannya lagi ada yang tidak bisa melewati masa sekolah sampai selesai. Kebutuhan ekonomi adalah salah satu penyebabnya.
“Dasar Negara kita, Indonesia, memang mengatur tentang hak setiap warga Negara untuk mendapatkan pengajaran yang layak (baca : pasal 31 UUD 1945). Pertanyaan besarnya adalah apakah setiap warga Negara telah mendapat pengajaran yang layak?”
Dalam dunia pendidikan, ada profesi pengajar yang memberikan pengajaran, pendidikan, pengetahuan bagi orang yang mengikutinya. Istilah pengajar sangat luas, bisa kita temukan pada sosok seorang guru, seorang dosen, seorang instruktur, seorang pelatih, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sosok pengajar dan pendidik hanya bisa kita temukan pada satu profesi yaitu guru. Menilik pada dua masa pendidikan, sekolah dan kuliah, kita hanya mengenal sosok guru pada masa pertama – masa sekolah. Masa kuliah, tidak ada lagi guru yang ada hanya dosen. Secara harafiah, dosen memang pengajar, tetapi akan sangat berbeda maknanya dibandingkan dengan guru.
Siapa dan apa itu guru?
Penjelasan mengenai guru, erat kaitannya dengan masa sekolah yang pernah atau sedang dilewati. Ketika sekolah dasar – 6 tahun, inilah titik awal peran seorang guru. Bagaimana guru, mengajar kita dengan penuh kesabaran. Betul sekali, kesabaran adalah hal penting pada tingkat dasar ini. Seseorang yang belum sama sekali mengerti abjad, angka, tulisan, dan lain sebagainya, diajarkan dengan penuh kesabaran, dididik menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah. Suatu proses yang mengenalkan, apa itu sekolah dan bagaimana sekolah itu.
Pada tingkat menengah, guru berperan sebagai seseorang yang membawa dan membentengi murid dalam melakukan tindakan. Kondisi remaja yang labil, menjadi perhatian khusus pada tingkatan ini. Pengaruh lingkungan sangat penting dalam membentuk karakter seorang murid kedepannya. Peran guru, bagaimana mendidik dan mengarahkan murid ke dalam suatu media pendidikan yang ada. Bagaimana guru melihat kemampuan dalam bidang olahraga, ilmu pengetahuan, kesenian, sehingga membawa seseorang menjadi pribadi yang bermanfaat dan mempunyai titik awal dalam merengkuh masa depan. Suatu proses yang mengenalkan lingkungan, apa itu pergaulan atau bagaimana cara bergaul.
Pada tingkat atas, 3 tahun sebelum menyelesaikan masa sekolah. Setelah pengenalan, pembentukan pada tingkat dasar dan menengah, maka pada tingkatan ini seseorang harus sudah mempunyai tujuan dalam hidupnya. Peran guru, bagaimana memberikan jalan kepada murid dalam mencapai tujuan hidupnya. Hal penting adalah bukan hanya sekedar lulus ujian, kuliah, akan tetapi bagaimana seseorang bisa melewati proses - proses yang ada tersebut. Memberikan rasa percaya diri, semangat, bervisi merupakan kunci dari pendidikan.
Inilah guru, inilah keistimewaan guru, seorang pengajar sekaligus pendidik. Suatu profesi yang membedakan guru dengan pengajar – pengajar lainnya. Dosen, instruktur, pelatih adalah serangkaian profesi pengajar tetapi bukan guru. Di Indonesia sendiri, setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru, tidak ada perayaan untuk hari dosen, hari instruktur, hari pelatih. Hanya guru yang setiap minggunya selalu hormat kepada bendera merah putih diiringi lagu kebangsaan, setiap perayaan hari kemerdekan selalu berpartisipasi, apakah ada profesi pengajar selain guru yang melakukan hal ini?. Dan satu hal lagi, apakah pernah merasakan hangatnya seorang dosen seperti halnya hangatnya seorang guru yang pernah dialami semasa sekolah?.
Guru, dulu dan sekarang
Setiap tahunnya, peringatan hari guru selalu menjadi tolak ukur ataupun titik awal dalam pengembangan karakteristik seorang guru. Betul sekali, peringatan hari guru biasanya diwarnai dengan evaluasi tentang peningkatan kualitas guru di sisi pemerintah ataupun pemerhati pendidikan, selain itu dihiasi dengan aksi tuntutan kenaikan gaji guru di sisi para guru.
Peran guru sangat penting dalam membangun kualitas lulusan yang bisa menjadi penerus pembangunan bangsa ini. Dibalik peran penting guru, banyak dijumpai kerumitan yang justru melanda guru.
Dulu, profesi seorang guru sangat tidak menjanjikan. Dengan gaji yang kecil, seorang guru harus berjuang dan bertahan hidup. Akan tetapi, pengorbanan dan perjuangannya dalam mengajar dan mendidik tetap dijalani dengan sepenuh hati. Selain itu, kualitas guru juga memprihatinkan. Dengan tamatan sekolah atas pun, seseorang bisa menjadi guru. Namun, hal ini jangan disepelekan, karena kegigihan dalam mengajar tentu tidak bisa diukur hanya dari kualitas pendidikan sang guru. Pelatihan, penataran untuk meningkatkan kualitas guru masih jarang dilaksanakan, anggaran APBN untuk pendidikan pun tergolong rendah. Sehingga, banyak yang berpikir profesi guru adalah profesi yang tidak menguntungkan bagi sebagian orang, profesi yang tidak jelas masa depannya. Salut, bagi orang yang mempunyai cita – cita menjadi seorang guru. Cita – cita yang sederhana namun bisa mengubah bangsa ini.
Sekarang, dengan sistem demokrasi bangsa yang semakin baik, keinginan untuk menjadi lebih baik menjadikan profesi guru bukan hanya sekedar profesi semu belaka. Anggaran pendidikan yang semakin naik, menjadikan pilihan menjadi guru adalah suatu nilai yang relevan dalam pembangunan bangsa. Tingkat kualitas seorang guru pun meningkat, semakin banyak nya universitas – universitas ataupun jurusan yang bergerak di bidang pendidikan, memberikan peluang bagi para calon guru untuk mengembangkan potensinya. Saat ini pun telah banyak sekolah – sekolah bertaraf internasional seperti RSBI, dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa, tingkat pendidikan Indonesia semakin baik, sistem yang baik dengan manajemen yang baik berperan penting disini. Guru – guru berprestasi semakin dihargai, menambah semangat dan motivasi untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. Pelatihan, penataran semakin sering diadakan untuk meningkatkan kualitas seorang guru. Profesi yang menjanjikan dan jangan pernah malu menjadi seorang guru.
Pendidikan
Saya ingin membagi dua masa pendidikan yang pernah dilalui atau akan dilalui. Masa yang pertama adalah masa sekolah, masa ini kita menghabiskan waktu 12 tahun (6 tahun sekolah dasar, 3 tahun sekolah menengah pertama, dan 3 tahun sekolah menengah ke atas) tentu bagi yang selalu naik kelas. Masa yang kedua adalah masa kuliah, ketika kita menghabiskan waktu untuk kuliah baik itu untuk tingkatan diploma, sarjana, ataupun pasca sarjana. Bagi orang yang beruntung, bisa melewati kedua masa itu, masa sekolah dan masa kuliah. Bagi sebagian orang, hanya bisa melewati satu masa saja, yaitu masa sekolah, dan bagi sebagiannya lagi ada yang tidak bisa melewati masa sekolah sampai selesai. Kebutuhan ekonomi adalah salah satu penyebabnya.
“Dasar Negara kita, Indonesia, memang mengatur tentang hak setiap warga Negara untuk mendapatkan pengajaran yang layak (baca : pasal 31 UUD 1945). Pertanyaan besarnya adalah apakah setiap warga Negara telah mendapat pengajaran yang layak?”
Dalam dunia pendidikan, ada profesi pengajar yang memberikan pengajaran, pendidikan, pengetahuan bagi orang yang mengikutinya. Istilah pengajar sangat luas, bisa kita temukan pada sosok seorang guru, seorang dosen, seorang instruktur, seorang pelatih, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sosok pengajar dan pendidik hanya bisa kita temukan pada satu profesi yaitu guru. Menilik pada dua masa pendidikan, sekolah dan kuliah, kita hanya mengenal sosok guru pada masa pertama – masa sekolah. Masa kuliah, tidak ada lagi guru yang ada hanya dosen. Secara harafiah, dosen memang pengajar, tetapi akan sangat berbeda maknanya dibandingkan dengan guru.
Ilustrasi Guru Mengajar |
Siapa dan apa itu guru?
Penjelasan mengenai guru, erat kaitannya dengan masa sekolah yang pernah atau sedang dilewati. Ketika sekolah dasar – 6 tahun, inilah titik awal peran seorang guru. Bagaimana guru, mengajar kita dengan penuh kesabaran. Betul sekali, kesabaran adalah hal penting pada tingkat dasar ini. Seseorang yang belum sama sekali mengerti abjad, angka, tulisan, dan lain sebagainya, diajarkan dengan penuh kesabaran, dididik menjadi pribadi yang tangguh dan pantang menyerah. Suatu proses yang mengenalkan, apa itu sekolah dan bagaimana sekolah itu.
Pada tingkat menengah, guru berperan sebagai seseorang yang membawa dan membentengi murid dalam melakukan tindakan. Kondisi remaja yang labil, menjadi perhatian khusus pada tingkatan ini. Pengaruh lingkungan sangat penting dalam membentuk karakter seorang murid kedepannya. Peran guru, bagaimana mendidik dan mengarahkan murid ke dalam suatu media pendidikan yang ada. Bagaimana guru melihat kemampuan dalam bidang olahraga, ilmu pengetahuan, kesenian, sehingga membawa seseorang menjadi pribadi yang bermanfaat dan mempunyai titik awal dalam merengkuh masa depan. Suatu proses yang mengenalkan lingkungan, apa itu pergaulan atau bagaimana cara bergaul.
Pada tingkat atas, 3 tahun sebelum menyelesaikan masa sekolah. Setelah pengenalan, pembentukan pada tingkat dasar dan menengah, maka pada tingkatan ini seseorang harus sudah mempunyai tujuan dalam hidupnya. Peran guru, bagaimana memberikan jalan kepada murid dalam mencapai tujuan hidupnya. Hal penting adalah bukan hanya sekedar lulus ujian, kuliah, akan tetapi bagaimana seseorang bisa melewati proses - proses yang ada tersebut. Memberikan rasa percaya diri, semangat, bervisi merupakan kunci dari pendidikan.
Inilah guru, inilah keistimewaan guru, seorang pengajar sekaligus pendidik. Suatu profesi yang membedakan guru dengan pengajar – pengajar lainnya. Dosen, instruktur, pelatih adalah serangkaian profesi pengajar tetapi bukan guru. Di Indonesia sendiri, setiap tanggal 25 November diperingati sebagai hari guru, tidak ada perayaan untuk hari dosen, hari instruktur, hari pelatih. Hanya guru yang setiap minggunya selalu hormat kepada bendera merah putih diiringi lagu kebangsaan, setiap perayaan hari kemerdekan selalu berpartisipasi, apakah ada profesi pengajar selain guru yang melakukan hal ini?. Dan satu hal lagi, apakah pernah merasakan hangatnya seorang dosen seperti halnya hangatnya seorang guru yang pernah dialami semasa sekolah?.
Ilustrasi Guru Mengajar |
Guru, dulu dan sekarang
Setiap tahunnya, peringatan hari guru selalu menjadi tolak ukur ataupun titik awal dalam pengembangan karakteristik seorang guru. Betul sekali, peringatan hari guru biasanya diwarnai dengan evaluasi tentang peningkatan kualitas guru di sisi pemerintah ataupun pemerhati pendidikan, selain itu dihiasi dengan aksi tuntutan kenaikan gaji guru di sisi para guru.
Peran guru sangat penting dalam membangun kualitas lulusan yang bisa menjadi penerus pembangunan bangsa ini. Dibalik peran penting guru, banyak dijumpai kerumitan yang justru melanda guru.
Dulu, profesi seorang guru sangat tidak menjanjikan. Dengan gaji yang kecil, seorang guru harus berjuang dan bertahan hidup. Akan tetapi, pengorbanan dan perjuangannya dalam mengajar dan mendidik tetap dijalani dengan sepenuh hati. Selain itu, kualitas guru juga memprihatinkan. Dengan tamatan sekolah atas pun, seseorang bisa menjadi guru. Namun, hal ini jangan disepelekan, karena kegigihan dalam mengajar tentu tidak bisa diukur hanya dari kualitas pendidikan sang guru. Pelatihan, penataran untuk meningkatkan kualitas guru masih jarang dilaksanakan, anggaran APBN untuk pendidikan pun tergolong rendah. Sehingga, banyak yang berpikir profesi guru adalah profesi yang tidak menguntungkan bagi sebagian orang, profesi yang tidak jelas masa depannya. Salut, bagi orang yang mempunyai cita – cita menjadi seorang guru. Cita – cita yang sederhana namun bisa mengubah bangsa ini.
Sekarang, dengan sistem demokrasi bangsa yang semakin baik, keinginan untuk menjadi lebih baik menjadikan profesi guru bukan hanya sekedar profesi semu belaka. Anggaran pendidikan yang semakin naik, menjadikan pilihan menjadi guru adalah suatu nilai yang relevan dalam pembangunan bangsa. Tingkat kualitas seorang guru pun meningkat, semakin banyak nya universitas – universitas ataupun jurusan yang bergerak di bidang pendidikan, memberikan peluang bagi para calon guru untuk mengembangkan potensinya. Saat ini pun telah banyak sekolah – sekolah bertaraf internasional seperti RSBI, dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa, tingkat pendidikan Indonesia semakin baik, sistem yang baik dengan manajemen yang baik berperan penting disini. Guru – guru berprestasi semakin dihargai, menambah semangat dan motivasi untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa. Pelatihan, penataran semakin sering diadakan untuk meningkatkan kualitas seorang guru. Profesi yang menjanjikan dan jangan pernah malu menjadi seorang guru.
Keistimewaan Guru
Menjadi guru tidak mudah, jangan penah meremehkan seorang guru. Bayangkan, menghadapai 40-an murid dalam satu kelas dengan karakter yang berbeda, dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Seorang guru juga tidak bisa sembarangan dalam bersikap, harus memberikan panutan, teladan yang baik. Bagaimana guru menjaga wibawanya, bagaimana guru menempatkan diri sebagai seorang pendidik, sebagai seorang teman dari murid – muridnya.
Pertanyaan besarnya adalah apakah semua guru baik seperti yang dijelaskan diatas? Apakah semua guru berjasa sehingga pantas disebut pahwalan tanpa tanda jasa?
Apakah semua guru ikhlas dalam mengabdi buat bangsa?
Ini adalah persoalan pribadi bagi setiap guru, kalao ditanyakan semua guru, maka jawabnya adalah YA. Karena, ketika guru melakukan tindakan – tindakan yang tidak sesuai dengan etika guru, tidak sesuai dengan sifat dan peran guru sebenarnya, maka sebut saja mereka sebagai OKNUM bukan guru. Seperti halnya, polisi ataupun pejabat yang melakukan tindakan kriminal disebut sebagai oknum. Miris memang, ketika mendengar berita seorang oknum guru yang sangat tidak patut tingkah lakunya. Hal ini tidak bisa digeneralisasikan, karena setiap orang berbeda, setiap orang mempunyai tujuan yang berbeda. Dan SALUT, kepada guru yang mempunyai tujuan mulai dalam mendidik.
Saya ataupun pembaca atau bahkan presiden sekalipun pernah merasakan hangatnya didikan seorang guru semasa sekolah. Tanpa guru, Susilo Bambang Yudhoyono pun tidak akan bisa menjadi presiden, disamping usaha dan kerja keras beliau. Bahkan seseorang yang sangat jenius pun, apabila tidak mendapat sentuhan guru, tidak akan menjadi seorang yang jenius. Inilah keistimewaan guru. Bahkan Kaisar Jepang pun bertanya, “berapa orang sisa guru yang hidup akibat pengeboman Hiroshima dan Nagasaki?”. Begitu pentingnya peran guru dalam membangun suatu bangsa, dalam memberikan kontribusi untuk pembangunan Negara. Begitu istimewa seorang guru, berterima kasih lah kepada guru yang telah mengajar dan mendidi banyak manusia di bumi menjadi pribadi saat ini. Tanpa guru, dengan lingkungan yang keras, bisa saja kita menjadi preman, gelandangan, pengemis yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang guru.
Menjadi guru tidak mudah, jangan penah meremehkan seorang guru. Bayangkan, menghadapai 40-an murid dalam satu kelas dengan karakter yang berbeda, dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Seorang guru juga tidak bisa sembarangan dalam bersikap, harus memberikan panutan, teladan yang baik. Bagaimana guru menjaga wibawanya, bagaimana guru menempatkan diri sebagai seorang pendidik, sebagai seorang teman dari murid – muridnya.
Pertanyaan besarnya adalah apakah semua guru baik seperti yang dijelaskan diatas? Apakah semua guru berjasa sehingga pantas disebut pahwalan tanpa tanda jasa?
Apakah semua guru ikhlas dalam mengabdi buat bangsa?
Ini adalah persoalan pribadi bagi setiap guru, kalao ditanyakan semua guru, maka jawabnya adalah YA. Karena, ketika guru melakukan tindakan – tindakan yang tidak sesuai dengan etika guru, tidak sesuai dengan sifat dan peran guru sebenarnya, maka sebut saja mereka sebagai OKNUM bukan guru. Seperti halnya, polisi ataupun pejabat yang melakukan tindakan kriminal disebut sebagai oknum. Miris memang, ketika mendengar berita seorang oknum guru yang sangat tidak patut tingkah lakunya. Hal ini tidak bisa digeneralisasikan, karena setiap orang berbeda, setiap orang mempunyai tujuan yang berbeda. Dan SALUT, kepada guru yang mempunyai tujuan mulai dalam mendidik.
Saya ataupun pembaca atau bahkan presiden sekalipun pernah merasakan hangatnya didikan seorang guru semasa sekolah. Tanpa guru, Susilo Bambang Yudhoyono pun tidak akan bisa menjadi presiden, disamping usaha dan kerja keras beliau. Bahkan seseorang yang sangat jenius pun, apabila tidak mendapat sentuhan guru, tidak akan menjadi seorang yang jenius. Inilah keistimewaan guru. Bahkan Kaisar Jepang pun bertanya, “berapa orang sisa guru yang hidup akibat pengeboman Hiroshima dan Nagasaki?”. Begitu pentingnya peran guru dalam membangun suatu bangsa, dalam memberikan kontribusi untuk pembangunan Negara. Begitu istimewa seorang guru, berterima kasih lah kepada guru yang telah mengajar dan mendidi banyak manusia di bumi menjadi pribadi saat ini. Tanpa guru, dengan lingkungan yang keras, bisa saja kita menjadi preman, gelandangan, pengemis yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang guru.
Ceritaku dengan guru
Saya menangis ketika perpisahan dengan guru – guru sewaktu SMA, tetapi tidak ada keluar sedikit pun air mata ketika wisuda perkuliahan. Perjalanan panjang semasa sekolah, bertemu dengan banyak teman, diajakan oleh banyak guru, membuat saya semakin ingat betapa kerasnya hidup ini. Bagaimana saya mendapat pengajaran tentang perkalian, penjumlahan, pembagian, pengurangan sewaktu sekolah dasar. Tanpa guru, saya tidak akan pernah tahu hal itu. Bagaimana saya mendapat pengajaran pertama kali tentang biologi dan fisika di sekolah menengah pertama tentang fotosintesis, gaya, struktu mahluk hidup. Tanpa guru, saya tidak akan pernah tahu ha itu. Bagaimana saya mendapat pengajaran pertama kali tentang kimia di sekolah menengah atas tentang tabel periodik unsur kimia, senyawa – senyawa, rangkaian kimiawi. Tanpa mereka, guru, saya tidak akan pernah tahu hal itu. Bukan berlebihan namun kenyataan yang baru disadari, pemahaman dasar yang diberikan guru menuntun saya kuliah. Kuliah hanya menerapkan aplikasi – aplikasi dari pengetahuan dasar yang diperoleh sewaktu sekolah. Kerja hanya menerapkan aplikasi – aplikasi secara praktek dari teori yang didapatkan di kuliah. Guru adalah dasar, guru adalah pengajar, dan guru adalah pendidik. Ini cerita saya, anda tentu mempunyai cerita tersendiri tentang guru.
Selamat Hari Guru 25 November 2011
Saya menangis ketika perpisahan dengan guru – guru sewaktu SMA, tetapi tidak ada keluar sedikit pun air mata ketika wisuda perkuliahan. Perjalanan panjang semasa sekolah, bertemu dengan banyak teman, diajakan oleh banyak guru, membuat saya semakin ingat betapa kerasnya hidup ini. Bagaimana saya mendapat pengajaran tentang perkalian, penjumlahan, pembagian, pengurangan sewaktu sekolah dasar. Tanpa guru, saya tidak akan pernah tahu hal itu. Bagaimana saya mendapat pengajaran pertama kali tentang biologi dan fisika di sekolah menengah pertama tentang fotosintesis, gaya, struktu mahluk hidup. Tanpa guru, saya tidak akan pernah tahu ha itu. Bagaimana saya mendapat pengajaran pertama kali tentang kimia di sekolah menengah atas tentang tabel periodik unsur kimia, senyawa – senyawa, rangkaian kimiawi. Tanpa mereka, guru, saya tidak akan pernah tahu hal itu. Bukan berlebihan namun kenyataan yang baru disadari, pemahaman dasar yang diberikan guru menuntun saya kuliah. Kuliah hanya menerapkan aplikasi – aplikasi dari pengetahuan dasar yang diperoleh sewaktu sekolah. Kerja hanya menerapkan aplikasi – aplikasi secara praktek dari teori yang didapatkan di kuliah. Guru adalah dasar, guru adalah pengajar, dan guru adalah pendidik. Ini cerita saya, anda tentu mempunyai cerita tersendiri tentang guru.
Selamat Hari Guru 25 November 2011
0 comments:
Post a Comment