karena waktu itu belum aktif di blog,
kisah ini tentang perjalanan saya dan teman - teman ke Pulau Tidung,,
check it out . . .
Kedua belas tokoh yang diceritakan adalah nyata bukan karangan semata, mereka adalah Tierta, Sendry, Radit, Yuni (lebih enak dipanggil Babeh), Dian, Tiar, Rizaq, Teguh, Kahfy, Ilham, Inun, dan mas Isya. Ini adalah kisah NYATA, perjalanan anak – anak CLASCOFOUS menjelajah pulau Tidung dengan berbekal uang tiga ratus ribu rupiah.
Cerita ini dimulai pada hari Sabtu 30 Oktober 2010. Seperti yang dijanjikan dan dikoirdinasikan sebelumnya, kita semua kumpul di kota jam setengah enam. Seperti kebiasaan, Jam enam kita baru pergi dari kota menuju Pelabuhan Muara Angke (minus Kahfy), dan sesuai jadwal nyampe Muara Angke jam enam tiga puluh kurang lebih. Perjalanan dari Kota diwarnai dengan hujan, untungnya di Muara Angke cuaca cerah walaupun agak becek dan bau (hampir membuat Inun “jackpot”). Dan Kahfy baru nyampe jam tujuh, entah apa yang ada di pikiran anak ini. Untungnya kapal baru “take off” jam setengah delapan, dalam perjalanan ada yang tidur paling lama dan pules (sebut saja Ilham & Rizaq, nama sebenarnya-red), lainnya asyik menikmati perjalanan di atap kapal sambil sesekali (bahasa halusnya sering) berfoto ria bersama. Anehny, Objek yang sering muncul di photo adalah sesosok laki – laki dengan baju orange mencolok, entah siapa gerangan dia???
Tiba di Tidung Island kurang dari Jam sepuluh, artinya perjalanan hanya ditempuh kurang dari 2.5 jam. Sebelum sampai di dermaga, hujan sempat turun dengan mendadak tanpa “pemberitahuan” sebelumnya. Tapi, cuaca kembali cerah sesampainya di Tidung. Kita pun diantar langsung oleh agan Ryan sang agent baik hati, kondisi penginapan yang rapih, bersih, dan wangi sebelum kita datang berubah menjadi sedikit “berseni” setelah kedatangan kita. Hampir lupa, kita pun dikenalkan dengan guide yang baik hati juga, tampak sangar dari luar dengan kumis yang menantang, mengingatkan kita pada sosok “Pak Raden”, beliau adalah Pak Harun. Orang yang senantiasa menemani kita menjelajahi Pulau Tidung setiap jengkalnya.
Adventure is beginning . . . .
Makan siang pun dimulai, kondisi yang laper setelah perjalanan membuat semangat setelah melihat menu makan siang, prasmanan dengan ayam goreng, tahu, tempe, dan sayur kangkung plus sambal yang menambah kenikmatan. Dengan makan prasmanan seperti ini, ada yang perlu diwaspadai !!!, (tidak perlu disebutkan namanya biarlah ini menjadi rahasia).
Petualangan di Pulau Tidung dimulai dengan ber-snorkeling (akhirnya setelah dengan diskusi yang memanas (akibat sambel), diputuskan hari pertama akan snorkeling dan mengelilingi pulau tidung by ship. Setelah bersiap di penginapan, kita pun menuju tempat penyewaan alat snorkeling. Ada sedikit cerita disini, ketika sedang memilih alat snorkeling, ternyata kita kehilangan dua orang teman kita (sebut saja bujang dan alex, bukan nama sebenarnya). Setelah dicari ke penginapan oleh Babeh, tidak ketemu jua, dan akhirnya setelah ditelusuri menuju dermaga ketemu lah bujang dan alex, dan lagi – lagi entah apa yang ada dipikiran mereke sampai harus ke dermaga (awalnya sudah dibilang, kita bakal ngambil alat snorkeling). Untung saja tidak sampai terjadi pertumpahan darah !!!
Setelah selesai dengan alat snorkeling, kita menuju dermaga dan bersiap untuk mengarungi perairan Tidung. Snorkeling merupakan hal yang berat bagi Tierta, Kahfy, dan Rizaq apalagi dilakoninya bareng sama Ilham yang terus – terusan mengaitkannya dengan syal merah a.k.a SAGA (ohh Tidakkkk,,,,). Untunglah ada life jacket yang membantu dalam menikmati keindahan terumbu karang Pulau Tidung. Sebelumny kami diajak mengellingi pulau Tidung, pengalaman yang menyenangan apalagi ketika kapal beradu dengan ombak (what a nice man!!!).
SNORKELING TIME . . . .
Saatnya ber- snorkeling, dari atas kapal pun bisa kelihatan indahnya terumbu karang. Setelah mendapat instrksi dari snorkeling instructor, kita pun bersiap menyeburkan diri ke laut. Satu persatu sudah berada dilaut dan beraksi dengan peralatan snorkeling (fin shoes, life jacket, kacamata snorkeling). Yang terakhir menyeburkan diri adalah Rizaq, karena agak sedikit bermasalah dengan rambutnya. Pelan – pelan mencari spot yang mantab untuk menikmati indahnya dasar laut Tidung, ini pengalaman yang menakjubkan yang nantinya bisa diceritakan ke anak cucu. Ditambah dengan dokumentasi underwater dari camera sang agent menambah pengalaman tersendiri. Cukup lama mengambang di lautan lepas, membuat salah seorang clascofouser (sebut saja Tiar) mengeluarkan semua isi makan siangnya (ayam, tahu, tempe, nasi), begitu pun Babeh mengalami mabok kawin (uppss, mabok laut maksudnya).
Setelah puas dengan spot terumbu karang di sekitar pulau tidung kecil, saatnya beranjak dan menelusuri kembali lautan. Kali ini tujuannya adalah Pulau Payung, berhubung ada yang tepar jadi kita memutuskan untuk singgah ke darat sebentar. Sesampai disana, aroma gorengan, mie rebus, baso membuat lambung bereaksi keras. Tapi masalahnya adalah gak bawa duit, karena memang rencananya Cuma snorkeling doang. Untungnya anda anak SAGA yang baik hati, dia adalah KAHFY AMIN yang dengn ikhlas membayar semuany (mie rebus + telur 9, gorengan 22, teh manis anget 6, es kelapa 4), semoga amal kebaikanmu diterima kawan. Tak lupa disini selalu memanfaatkan kesempatan untuk bernarsis ria, semoga menjadi dokumentasi yang tak terlupakan.
BARBEQUE TIME . . . .
Malam harinya setelah menyantap makan malam dengan menu ikan, lalapan, plus sambal, kitmnya lanjutkan dengan bakar ikan. Sebelumnya pengen cerita sedikit tentang makan malam, ternyata ada diantara kita yang kurang suka makan ikan, dengan alasan banyak cucuknya (LEMAH !!!), tidak perlu disebutkan siapa namanya. Tentunya jatah ikannya tidak disia-siakan oleh orang yang sekali lagi tak perlu disebutkan namanya. Tapi pada intinya,kebersamaan makan malam itu sungguh menyenangkan mengingatkan pada masa – masa yang keras sewaktu kuliah D3 dulu.
Karena bakar ikannya sekitar jam 9, maka memanfaatkan untuk nonton dan sebagian istirahat (kayanya kalo ga dibangunin, bakal lelap sampai subuh). Sebetulnya malam itu sangat pas untuk main kartu, tapi sayang sekali orang yang dari pagi disuruh buat beli kartu TIDAK BERGUNA, lamban sekali. Tapi akhirnya dibeli juga kartu remi disaat orang-orang mulai terlelap, dengan tampangnya yang ngeselin (tampang yang kalo di terminal minta digebukin) orang itu bilang “I CHALLENGE YOU” “I CHALLENGE YOU” “I CHALLENGE YOU” berulang – ulang. Ciri dari orang itu adalah postur nya yang paling tinggi dibanding yang lain dan selalu merasa dirinya cakep dan sabar (memang sampah).
Sesaat kemudian datang pak Harun mengajak barbequan di pinggir pantai, nikmatnya karunia Tuhan. Tapi bukanny bantuin bakarin Ikan, kita asyk main kartu cepe’an (seratusan, dalam bahasa Indonesia). Tapi ada juga dengan autis telponan (gatau asli telponan atau boongan) sampe autis, sekali lagi sosok ini mengenakan baju orange. Permainan kartu ini sangat seruu sekali, karena seperti biasa saling ejek, saling sombong, saling caci, ketawa – ketawa menyenangkan seakan melupakan beban kerjaan, kuliah yang tertinggal sementara. Disini ada sosok yang boleh dibilang tertinas karena selalu dominan dalam “ngocok” kartu (ngak tau kenapa??), kalo boleh dibilang orang ini mempunyi karakter yang cool, bicara secukupnya, dan jago pemrograman.
Setelah asyik main kartu, pak Harun datang dengan ikan tenggiri bakar yang mantabb bukan kepalang. Tentu saja saling rebut dan baku hantam tidak bisa terhindarkan (agak lebay) demi seonggok tenggiri bakar yang maknyus. Tentu saja ada pihak – pihak yang perlu diwaspadai dalam uruan makan seperti ini, tapi alhamdulillah semuanya puas dengan bakaran dari Pak Harun ini. Malam ini ditutup dengan peluncuran kembang api sebagai bagian dari kebahagiaan yang ingin disampaikan kepada teman – teman yang gak bisa ikut. Balik ke panginapan dan istirahat sampai subuh menjelang.
BICYCLE TIME . . . .
Pagi harinya setelah subuh, dengan ditemani Pak Harun mengambil sepeda ke rental. Masing – masing mendapatkan satu sepeda. Seperti masa kecil dulu, mengayuh sepeda dengan riang gembira. Perjalanan pagi ini dimulai ke arah tanjongan barat, dengan dipimpin oleh guide baik hati. Sesekali berhenti mencari spot yang bagus untuk berfoto ria bersama. Dan sampai lah diujung barat dari pulau tidung besar. Lag asyk foto – foto, tiba – tiba ada terdengar bunyi “duarrrrr”, ternyata eh teryata judi itu haram (maksudnya, ban sepeda mas Isya yang tak lain adalah pacarnya Dian, meletus). Ngak ada angin, ngak ada hujan, meletus dengan sendirinya (mungkin pas subuh doa nya kurang ni mas Isya). Dan akhirnya setelah perhitungan berat badan dan dengan sukarela Tierta boncengan dengan Sendry, kita pun pulang ke penginapan dan menikmati sarapan nasi uduk. Sarapan pun selesai, kita bersiap menuju timur kearah jembatan cinta yang menghubungkan pulau tidung kecil. Saat di perjalanan, giliran ban sepeda Tierta meletus (ohh Tuhan, dosa apa hambamu ini) dan diputuskan Teguh boncengan dengan Sendry untuk meneruskan perjalanan.
Sesampainya diujung timur pulau tidung besar, kita parkit sepeda dan melanjutkan perjalanan kaki melewati jembatan cinta (awalnya lihat – lihat orang yang pada terjuan dari atas jembatan cinta), seterusnya kami memutuskan untuk menapaki pulau tidug kecil dulu dengan menulusuri jembatan cinta yang panjangnya kurang lebih 1 km. Seperti biasa, foto sana sini (mumpung ada camera digital), jadi dimanfaatkan saja setiap moment yang ada. Dalam perjalanan di jembatan ini, ada cerita heroik ketika salah seorang sahabat (sebut saja Dian), sandalnya jatuh ke laut (ngak tau apa sebabnya), dan salah seorang dari kami dengan inisiatif dan agak ragu – ragu menceburkan diri ke laut yang dangkal untuk menyelamatkan sendal Dian tersebut. Sungguh luar biasa, sikap pertemanan yang jarang ditemukan di belahan dunia manapun. Tampaknya sih, Dian sengaja menceburkan sandalnya ke laut untuk melihat keseriusan pasangannya yang kerja di SAM*UNG juga (:peace).
Setelah puas mendapat beberapa gambar dari Tidung kecil, kami pun kembali ke jembatan cinta untuk menguji adrenalin. Dan lagi – lagi harkat dan martabat syal merah diuji disini, tentu saja pengujiny anda sudah tau siapa???. Setelah melihat – lihat sejenak, akhirnya satu dari kami pun berhasil menceburkan diri (sebut saja Radit). Selanjutny diikuti Ilham yang emang bisa berenang (ngak heran dong). Ketiga “syal merah” yang tidak perlu disebutkan namannyapun kembali mendapat tantangan ( sungguhh beratt Tuhan). Satu dari tiga hampir nekat dengan melepaskan bajunya (biar kelihatan hasil dari sit up 3 bulan, upss keceplosa uyn, untung belum disebutin namanya). Tapi akhirnya urung sejenak, karena tim SAR (Radit, Ilham) sedikit merasa kecapean, dan bdiputuskan untuk latihan berenang 10 menit. Diantara latihan berenang, tiba – tiba “byurrrr” salah satu dari kami (wanita, sebut saja Tiar) menceburkan diri dari dari jembatan. Tentu saja, ini menjadi tantangan bagi para lelakinya (sebut saja, Tierta, Teguh, Sendry, Rizaq, Mas Isya, Kahfy, Babeh). Hufffhhhhh, dengan sedikit tarikan nafas, satu persatu berhasil jump dari jembatan cinta yang mempunyai tinggi sekitar 4 meter. Upsss salahh, tidak semua dari para lelaki yan disebutkan tadi BERANI lompat dari jembatan cinta. Ada satu orang yang mempunyai postur yang paling tinggi tidak mempunyai nyali (satu kata untukny LEMAH). Ini tidak akan bisa dilupakan begitu saja, dan akan selalu diingat. Orang terakhir yang melompat adalah orang SAM*UNG, walaupun agak sedikit ragu, tapi demi pembuktian kepada pasangannya yang orang SAM*UNG juga, akhirnya byurrrrrrrr. Semuanya merasa puas dan kembali ke penginapan untuk bebersih dan berbenah PULANG.
IT’S TIME GO HOME . . . .
Setelah semuanya berkemas, dengan ditemani guide setia kami pun beranjak meninggalkan penginapan dan menuju dermaga. Sebelumnya ada beberapa yang singgah untuk beli sovenir ataupun oleh – oleh. Dan pada akhirnya kapal pun beranjak dari dermaga menuju pelabuhan Muara Angke pada pukul setengah satu. Kurang dari dua jam setengah perjalanan, kami pun tiba di Muara Angke dan selanjutnya menuju stasiun kota bersama – sama. Dan disinilah titik akhir kebersamaan selama dua hari di Pulau Tidung.
Sunggu menjadi pengalaman berharga selama berada di Tidung bersama kawan – kawan, yang akan menjadi bagian dari perjalanan hidup kami. Merasakan saat bersama ketika susahnya kuliah di POLBAN dulu kembali dirasakan selama dua hari kemarin. Ketika canda tawa dan caci maki bisa mengingatkan kita bahwa kita adalah teman. Ketika kehidupan terus berjalan dan tanggung jawab semakin bertambah, seiring dengan itu kita akan berjalan dengan kendaraan masing – masing. Terima kasih kupersembahkan kepada Sendry Novriandy, Kahfy Amin, Dian Puspita, Nurdianto Teguh Wibowo, R. Aditya Rustaman, Yuni Rianto (sekali lagi lebih enak dipanggil Babeh), Rizaq Gani, Tiar Wilastri, Ilham ML, Vania Ainun, Mas Isya (gak tau lengkapny apa) yang telah bergabung dalam perjalanan kali ini.
Semoga perjalanan berikutnya terlaksana. Amiinn.
cheerss
bangtierta
0 comments:
Post a Comment